Now you can Subscribe using RSS

Submit your Email

Tren Hijrah di Kalangan Masyarakat Perkotaan

Temani dan bantu ciptakan nuansa hijrah disetiap detik kehidupanmu

Oleh: Zidan Muhammad Sirojudin

Penelitian bertajuk ”Tren Keberagamaan Gerakan Hijrah Kontemporer” oleh Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta menjelaskan, hijrah merupakan bagian dari konversi keagamaan yang bersifat intensifikasi terhadap keyakinan yang bergeser dari pengalaman atau praktik individual ke komunal. Gerakan hijrah berkembang di kelas menengah urban, terutama generasi muda.

Sebagian dari komunitas hijrah termasuk konservatif. Mereka menolak penafsiran ulang modernis, liberal, ataupun progresif terhadap ajaran Islam. Kelompok ini juga menolak gagasan kesetaraan jender, tantangan terhadap otoritas yang mapan, serta pendekatan hermeneutis modern terhadap kitab suci. Sementara itu, ada pula yang tergabung dalam kelompok Islamisme. Ini merujuk pada kelompok yang mempromosikan negara berdasarkan tatanan Allah, bukan berdasarkan kedaulatan rakyat.

Direktur Eksekutif PPIM Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Ismatu Ropi, ketika dihubungi pada Rabu (3/2/2021), menjelaskan, gerakan hijrah menuntut konversi cara beragama. Mereka yang hijrah akan meninggalkan kehidupan masa lalu dan menjalani kehidupan yang sama sekali baru.

Ini salah satunya ditandai dengan perubahan perilaku ataupun tampilan. Secara perilaku, mereka menjadi lebih taat dalam menjalankan ibadah. Pakaian pun berubah dengan mengenakan celana cingkrang bagi laki-laki dan cadar untuk perempuan.

”Perubahan simbol ini tidak semata-mata tuntutan agama, tetapi lebih untuk menjadi identitas pembeda dengan masa lalu mereka yang katakanlah kelam,” ujarnya.

Banyak Ragam

Di Tanah Air, gerakan hijrah yang mengusung paham salafisme banyak pula ragamnya. Ada gerakan yang sepenuhnya menutup diri dari masyarakat. Kelompok dengan kecenderungan takfiri ini sangat konfrontatif. Mereka memaksakan paham dan keyakinannya kepada orang lain. Dengan kondisi Indonesia yang masyarakatnya memiliki cara beragama beragam, kehadiran kelompok ini menjadi masalah.

Namun, dia melanjutkan, gerakan hijrah kontemporer yang sedang berkembang pada generasi muda Muslim perkotaan tidak konfrontatif. Gerakan ini mengajak anak muda kembali ke agama secara karitatif.

Para anggotanya pun lebih adaptif terhadap moderinitas. Mereka tak alergi dengan teknologi.

”Gerakan ini memberikan penyadaran dan identitas baru sebagai Muslim kepada generasi muda yang selama ini tak mendapat perhatian. Kajian-kajian mereka pun biasanya tidak mendalam. Dan karena itu, banyak sekali kalau yang lebih ingin mendalami lebih lanjut memilih gabung ke pesantren atau komunitas salafisme yang tradisional,” katanya.

Jika dalam perubahan terjadi ketegangan dalam keluarga, Ismatu menyarankan kehadiran orang ketiga. Orang ketiga ini diharap bisa memberikan pandangan yang mendamaikan.

”Orang yang bisa menjelaskan bahwa cara pandang mereka yang hijrah boleh jadi tak sepenuhnya salah. Cuma, harus diingat bahwa agama tak seperti itu semua. Harus dilihat juga yang dikatakan orangtua atau anggota keluarga lain, boleh jadi itu perspektif yang berbeda,” tuturnya.

Sumber: Kompas.id

Temani dan bantu ciptakan nuansa hijrah disetiap detik kehidupanmu / Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 Comments:

Posting Komentar

Coprights @ 2016, Blogger Templates Designed By Templateism | Templatelib