Now you can Subscribe using RSS

Submit your Email

Melisa: Hijrah Dari Bertato Hingga Kenakan Pakaian Muslimah

Temani dan bantu ciptakan nuansa hijrah disetiap detik kehidupanmu

Oleh: Zidan Muhammad Sirojudin

Remaja jalanan dan punk yang telah berhijrah menghapus tato yang melekat di tubuhnya dalam program penghapusan tato yang disediakan oleh Islam Medical Service (IMS) di kolong jalan layang Tebet, Jakarta Selatan, Minggu (24/8/2019).

Perjalanan spiritualitas Melisa (30) penuh warna. Beberapa tahun lalu, dia masih bekerja di bidang keuangan, sebuah fase hidup yang dia sebut masa ”bergelimang riba”. Kini, dia dan keluarga memilih hijrah.

Ibu dua anak yang tinggal di Batam, Kepulauan Riau ini bercerita, perubahan cara beragama dimulai pada 2015. Saat itu, suaminya pulang kampung ke Sumatera Barat. ”Di kampung, suami bertemu dengan teman SMA. Temannya itu sudah berhijrah, menjalankan semua perintah Al Quran dan sunah nabi,” katanya ketika dihubungi, Selasa (2/2/2021).

Lebih kurang tiga bulan intens berdiskusi dengan teman SMA, suami Melisa mulai memanjangkan jenggot dan menggunakan celana cingkrang. Ketika itu, Melisa belum berkerudung. ”Waktu itu, ibu saya sampai marah. Dia menganjurkan saya paling tidak pakai penutup kepala. Kan malu, suami sudah mulai mengerjakan sunah nabi, tetapi saya masih seperti dulu saja,” ujarnya.

Perlahan, Melisa pun mulai mengenakan jilbab. Awalnya, dia merasa gerah dan repot. ”Setiap keluar rumah harus pakai. Biasanya tinggal kuncir rambut, langsung deh jalan,” tambahnya.

Seiring berjalannya waktu, Melisa mulai betah mengenakan jilbab. Dari jilbab biasa, dia beralih ke jilbab yang lebih lebar. Kini, dia sudah betah mengenakan cadar. ”Perasaannya sekarang menjadi lebih tenang saja batinnya, meski di awal mengenakan cadar sempat minder dan harus menghadapi pandangan yang tidak mengenakkan dari orang di sekitar,” ujarnya.

Menurut dia, hijrah adalah ikhtiar untuk lebih serius beribadah. Selain itu, hijrah mengharuskan Muslim untuk mengikuti semua yang pernah dilakukan nabi (sunah). Dia prihatin masih ada saja orang berpandangan perempuan bercadar dengan kelompok teroris. Padahal, lanjutnya, dia dan suami hanya menjalankan sunah.

”Sampai sekarang, ayah saya masih belum bisa menerima saya bercadar. Dia bilang saya mirip teroris. Padahal, enggak ada hubungannya,” katanya.

Melisa menikah tahun 2014. Sebelum menikah, dia pernah bekerja di tiga perusahaan keuangan. Perusahaan terakhir tempatnya bekerja terpaksa ditinggalkan karena perusahaan tersebut belum membolehkan hamil pada tahun pertama bekerja.

”Waktu itu, saya belum hijrah dan baru bekerja tiga bulan. Perusahaan membolehkan menikah, tetapi belum boleh punya anak hingga setahun bekerja. Tapi, calon suami mau langsung punya anak, makanya berhenti,” ujarnya.

Setelah hijrah, dia meyakini bahwa praktik bisnis di perusahaan keuangan merupakan riba dan dilarang agama. ”Duh, kalau ingat dulu, saya itu bekerja di tempat yang bergelimang riba,” ungkapnya.

Kini, perekonomian keluarga Melisa bergantung pada suaminya yang berprofesi sebagai tukang servis printer. Mereka juga tak lagi berurusan dengan bank. Jika butuh uang, mereka meminjam kepada saudara. ”Alhamdulillah, kalau sudah hijrah, ada saja jalan untuk terhindar dari riba,” katanya.

Sumber: Kompas.id

Temani dan bantu ciptakan nuansa hijrah disetiap detik kehidupanmu / Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 Comments:

Posting Komentar

Coprights @ 2016, Blogger Templates Designed By Templateism | Templatelib