Now you can Subscribe using RSS

Submit your Email

Sepotong Terong

Temani dan bantu ciptakan nuansa hijrah disetiap detik kehidupanmu




Oleh : Sri Wulandari 

 

Dikisahkan terdapat seorang pemuda yang tinggal di sebuah masjid berguru kepada seorang syekh, seringkali pemuda tersebut melewati hari harinya tanpa  makanan sedikitpun, dalam kelaparan tersebut seringkali ia merasa kematianya sudah dekat,  tetapi ia anggap hal tersebut sebagai ujian. 

Suatu hari sang pemuda dalam keadaan yang demikian gawat karena sudah berhari hari tidak makan, menjelang ashar ia keluar masjid berharap bisa mendapatkan sesuatu untuk dimakan. 

Masjid yang ia tinggali berada di sekitar perkampungan yang rumahnya saling berdekatan satu sama lain. Kemudian ia melihat sebuah rumah yang sedang sepi maka segeralah ia melangkah ke atap rumah tersebut, disana ia mendapati aroma masakan yang menggugah air liurnya, dengan segera ia masuk menuju dapur dan mendapati beberapa potong terong yang baru direbus.

Karena rasa lapar yang tak tertahankan, ia langsung memakan terong tersebut, maksud hati hendak mengahabiskannya, tetapi sebelum dilakukannya tiba-tiba ia tersadar, makanan itu bukan haknya. makanan itu haram baginya. Padahal, daging yang tumbuh di badan dari setiap makanan haram, kelak akan menjadi santapan api neraka.

Ia berkata,"Astagfirullah Auzubillahi minasy syaithan rajim. "Aku mencuri? Aku mencuri? Mana imanku? Mana imanku? Aku berlindung kepada Allah. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Aku seorang muazin di masjid seorang penuntut ilmu, murid seorang ulama besar tetapi berani masuk ke rumah orang lain dan mencuri? Astagfirullah ini tidak boleh terjadi.

Nurani pemuda itu menyala. Terong itu bukan makananya, akhirnya ia langsung mengeluarkan semua terong yang sudah ia kunyah di mulutnya, mengembalikan terong yang telah ia gigit. Air matanya terbit, menyesali perbuatannya dan merasa telah melakukan dosa besar. Ia kembali ke masjid dan sepanjang jalan terus beristigfar.

Usai sholat ashar, ia duduk mengikuti dan mendengarkan pengajian sang guru di masjid sambil terus memikirkan perbuatannya siang tadi yakni mencuri terong. 

Usai pengajian dan semua orang telah pergi, tiba-tiba datang seorang wanita dengan memakai cadar muka menghampiri gurunya dan berkata kepada gurunya dengan ucapan yang sama sekali tidak dapat ia dengar.

Setelah itu gurunya memanggilnya karena tidak ada orang lain lagi di sekelilingnya dan bertanya apakah kamu telah menikah? 

"Belum jawabnya." 

Guru bertanya lagi, “Apakah kamu ingin menikah?" 

Ia terdiam perutnya semakin melilit, ia tidak memikirkan menikah tetapi memikirkan nasib perutnya yang sudah sekian hari tidak kemasukan makanan. Kemudian guru mengulangi lagi pertanyaan dan menjawab.

"Guru, demi Allah, untuk membeli sekerat roti pun saya tidak mampu, bagaimana mungkin saya menikah?" Gurunya itu tersenyum lalu berkata.

"Wanita itu bercerita bahwa suaminya baru saja meninggal. Masa iddahnya telah habis. Ia ingin mendapatkan suami lagi yang menikahinya sesuai sunnah Rasulullah SAW, agar tidak sendirian lagi, sehingga menutup kesempatan mereka yang ingin berbuat jahat. Apakah kamu mau menikahinya? "

Syekh menjawab, "Insya Allah saya mau." Dan si wanita tadi pun menerima Syekh sebagai suaminya.

Sang guru langsung menghadirkan dua orang saksi untuk melaksanakan akad nikah dan memberikan mahar untuk muridnya. Setelah itu sang wanita membawa ke rumahnya. Sesampainya di rumah sang wanita membuka cadarnya, syekh kaget karena istrinya itu sungguh sangat cantik wajah istrinya putih bersinar.  

"Ia semakin kaget, saat ia berada di rumah yang ia masuki," katanya.

"Apakah Anda sudah makan siang?" Tanya sang wanita.

Syekh menjawab, "Belum”.

Kemudian sang wanita mengajak Syekh ke dapur untuk makan, namun saat membuka tutup panci betapa kagetnya sang wanita seraya berkata.

"Mengherankan, siapa yang berani masuk rumah ini dan menggigit terong ini! Mungkin orang yang lancang ini tahu kalau aku janda saja beraninya ya masuk rumah ini!"

Mendengar hal itu, Syekh menangis dan ia mulai menceritakan yang sesungguhnya terjadi titik ia minta maaf. 

Wanita itu pun menangis mendengar cerita suaminya seraya berkata, "Kau lulus ujian, suamiku. kamu menjaga dirimu dari perbuatan haram. Sebagai gantinya Allah memberikan terong ini semua bahkan pemiliknya dan seisi rumahnya secara halal." 

Dari kisah Pemuda ini yang beriman ini kita dapat mengambil hikmah bahwa saat membuat keputusan yang diridhai Allah SWT tentu tidaklah mudah. Namun kita harus memiliki tekad yang kuat bahwa lebih baik meninggalkan sesuatu karena Allah daripada meninggalkan Allah karena sesuatu. 

"Tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena Allah Azza Wa Jalla melainkan Allah akan mengganti dengan sesuatu yang lebih baik darinya untukmu." (HR. Ahmad)

Akhirnya, Allah SWT tidak hanya memberikannya septong terong yang hendak ia curi, tapi juga menikahkannya dengan wanita pemilik terong, memberikannya rumah untuk menjadi tempat tinggal yang nyaman, serta memberi makanan yang berlimpah untuk mengatasi rasa laparnya. Demikianlah, Allah selalu memberikan yang jauh lebih baik daripada yang sanggup kita bayangkan sebelumnya.

Semoga kita semua senantiasa dalam lindungan Allah Swt.





Referensi 

Kisah Muslim (2011). Tak Jadi Mencuri Terong Lalu Allah Karuniakan Seorang Istri. diakses 5 November 2024, dari https://kisahmuslim.com/804-tak-jadi-mencuri-terong-lalu-allah-karuniakan-untuknya-seorang-isteri.html 

 

 

 


Temani dan bantu ciptakan nuansa hijrah disetiap detik kehidupanmu / Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 Comments:

Posting Komentar

Coprights @ 2016, Blogger Templates Designed By Templateism | Templatelib